kerikil
segalanya terasa jauh
bagi langkah yang hilang kayuh.
begitu basah
matanya yang memandang marah
kekasihnya di atas sana
dicumbu codot yang dahaga.
teramat lama ingin ia
menyentuh dan membuat jatuh cintanya
untuk menyenang-kenyangkan si anak
yang lapar dan tak kenal bapak.
sebab sungguh ia tahu
surga hanya terletak di atas bagi yang tak beribu.
seperti ia
yang senantiasa mendongak waktu berdoa
juga menyampaikan doa si anak
yang merunut surga di jejak kaki ibu sambil merangkak.
alangkah bahagia ia
ketika si anak memungut dan melemparnya
ke atas
ke tempat surga menunggu netas.
sedompol jambu air
seperti mintanya
tubuhnya gemuk penuh cinta
dan tak pernah ia pilah
kerikil atau codot yang lebih dulu singgah.
dan memang tak masalah ia
dua pencemburu itu selalu terburu mencumbunya.
serupa ayat yang merawatnya
ingin ia kuat dan rela
berakhir di yang lapar
dikunyah taring yang bergetar.
sungguh baginya
surga hanyalah doa
dari mereka yang bersyukur
telah membuatnya lebur
dan menjadikannya daging yang lain
daging dari adzan yang lebih dingin.
-Dadang Arimurtono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar