Rabu, 29 September 2010

ihwal kerikil dan sedompol jambu air


kerikil
segalanya terasa jauh
bagi langkah yang hilang kayuh.

begitu basah
matanya yang memandang marah

kekasihnya di atas sana
dicumbu codot yang dahaga.

teramat lama ingin ia
menyentuh dan membuat jatuh cintanya

untuk menyenang-kenyangkan si anak
yang lapar dan tak kenal bapak.

sebab sungguh ia tahu
surga hanya terletak di atas bagi yang tak beribu.

seperti ia
yang senantiasa mendongak waktu berdoa

juga menyampaikan doa si anak
yang merunut surga di jejak kaki ibu sambil merangkak.

alangkah bahagia ia
ketika si anak memungut dan melemparnya

ke atas
ke tempat surga menunggu netas.

sedompol jambu air
seperti mintanya
tubuhnya gemuk penuh cinta

dan tak pernah ia pilah
kerikil atau codot yang lebih dulu singgah.

dan memang tak masalah ia
dua pencemburu itu selalu terburu mencumbunya.

serupa ayat yang merawatnya
ingin ia kuat dan rela

berakhir di yang lapar
dikunyah taring yang bergetar.

sungguh baginya
surga hanyalah doa

dari mereka yang bersyukur
telah membuatnya lebur

dan menjadikannya daging yang lain
daging dari adzan yang lebih dingin.




-Dadang Arimurtono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar